QnA Kelas #JikaIbuMenjadi Freelance Writer

Assalamualaikum. Selamat siang bu, saya setor tugas yaa untuk bikin carousel, semoga berkenan untuk merwview dan memberikan masukan

Terimakasih

CAROUSEL RATIH RACHMA

1 Like

Halo Bu @nadiasarahw

Saya mau bertanya, apakah ada website penyedia online portfolio seperti Journo Portfolio tetapi unlimited access? Baiknya untuk portfolio memakai website pribadi atau yang sejenis itu saja ya, Bu?

Terima kasih atas jawabannya :blush:

1 Like

Rantyas Nanda - https://www.instagram.com/p/CoG-ePRPnRC/?igshid=YWJhMjlhZTc=

1 Like

Halo bu @nadiasarahw saya mau menyelesaikan Roleplay challenge JIM FW February 2023

Viona Rosalina -Postingan Carousel

Terima kasih :heart:

1 Like

Halo, aku Hartsa… berikut aku cantumkan link untuk challenge carousel #JikaIbuMenjadiFreelanceWriter ya…

https://www.instagram.com/p/CoHeCZnPLFC/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

Kalau IG pribadi aku https://instagram.com/mitsamicha?igshid=ZDdkNTZiNTM=

Terima kasih

1 Like

Halo Bu @nadiasarahw
Berikut aku share hasil roleplay ku ya
Mohon maaf aku share via google docs:

Mohon sarannya
Terima Kasih

1 Like

Bu @nadiasarahw berikut roleplay dari bu @fiqriahnfadilah yaa. Makasih Bu
https://www.instagram.com/p/CoHnYPXpACI/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

https://www.instagram.com/p/CoHnYPXpACI/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

1 Like

Citra Andari Wihastiningrum - https://www.instagram.com/p/CoHyZxqBvDr/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

1 Like

Halo Ibu,

Saya ikut submit challenge roleplay-nya, ya…
berikut link-nya:
https://www.instagram.com/p/CoH-aRAPxQy/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

Semoga boleh mendapat feedback :slight_smile:

Terima kasih!

Salam,
Windy_yw

1 Like

Halo ibu, ijin upload challenge roleplay yaa… jika berkenan membaca dan memberi feedback, saya ucapkan terimakasih :slight_smile:

Share Challenge #JikaIbuMenjadi Freelance Writer

Ibu, Superhero yang Sesungguhnya

Kalau menjadi ibu, memangnya apa bedanya?
Mungkin sekilas pertanyaan itu terlihat simple dan receh ya, tapi tidak bagiku. Justru sebaliknya, pertanyaan itu terasa sangat bermakna bagiku yang sudah 8 tahun ini mendapatkan gelar sebagai ibu. Ya, 8 tahun yang lalu anakku lahir ke dunia dan menjadi titik awalku belajar banyak hal baru. Memang sampai sekarang tidak ada sekolah khusus yang mengajarkan tentang bagaimana menjadi ibu, tapi semua itu dapat kita pelajari dengan praktek secara langsung. Lalu bagaimana bisa kita mempraktekkan sesuatu yang belum kita tahu sebelumnya? Ya, itulah hebatnya perjalanan menjadi ibu.

Dulu sebelum menikah kupikir mudah menjadi ibu, kita akan melalui fase hamil, melahirkan, menyusui anak, mengganti popok anak, memandikan anak, menyiapkan makan malam untuk suami sepulang kerja, membersihkan rumah. Tapi setelah menjalaninya sendiri, ternyata aku salah besar. Bukan hanya waktu, tenaga dan pikiran saja, ternyata menjadi ibu juga menguras mentalku. Dimana aku merangkap peran menjadi anak, menantu, istri, dan ibu sekaligus dalam satu waktu, disaat itulah aku merasa sedang ditempa untuk menjadi lebih kuat karena dituntut harus cepat beradaptasi dengan keadaan.

Lalu apa saja sih yang membedakan diriku yang dulu dengan yang sekarang setelah menjadi ibu?

  1. Peran dan Tanggungjawab
    Saat masih single aku cukup bertanggungjawab terhadap diri sendiri, namun berbeda saat sekarang menjadi ibu, peran dan tanggungjawabku terhadap keluarga lebih besar dan kompleks. Misalnya ibu menjadi koki dirumah yang harus menyiapkan makanan bergizi untuk keluarga, menjadi perawat untuk merawat jika anak atau suami sakit, menjadi manajer yang harus mengurus segala urusan rumah tangga, menjadi akuntan yang harus mengelola keuangan keluarga sebaik-baiknya, menjadi guru bagi anak-anak saat berada dirumah, menjadi psikolog bagi anggota keluarga yang membutuhkan pendampingan atau support secara mental.
  2. Kebebasan
    Saat masih single aku memiliki otoritas yang lebih luas terhadap diriku, bebas pergi kemanapun, kapanpun, dan melakukan apapun yang aku suka. Ketika menjadi ibu aku terikat dengan peran dan tanggungjawabku di keluarga. Aku tidak bisa sebebas dulu lagi, karena sekarang sudah ada anak dan suami yang sangat membutuhkanku.
  3. Rutinitas
    Dulu rutinitasku mungkin terbilang masih sederhana karena hanya mencakup kegiatan-kegiatan diri sendiri, tapi sekarang berubah menjadi lebih kompleks. Dari bangun tidur hingga waktunya tidur lagi, rutinitas ibu tidak terlepas dari menyediakan semua kebutuhan setiap anggota keluarga.
  4. Prioritas
    Jika dulu mungkin aku selalu memprioritaskan diriku, hanya fokus dengan hobi, keinginan, dan mimpiku saja, setelah menjadi ibu tidak bisa hanya memikirkan diri sendiri. Naluri alami seorang ibu pasti akan lebih mendahulukan keluarga. Mau masak apa hari ini, bagaimana mengatur jadwal belajar anak, mau belanja apa saja, pekerjaan rumah mana dulu yang harus dikerjakan, dan lain-lain. Otak ibu terus bekerja memikirkan hal-hal itu, sampai terkadang justru lupa untuk memikirkan kebutuhan dirinya sendiri.

Menjadi ibu memang tidak mudah. Peran ibu yang penting dan mendasar hampir di semua aspek menjadikan ibu sebagai pekerjaan yang paling mulia, sehingga tak heran jika ada yang menyebut “surga ada di telapak kaki ibu”. Ibu adalah superhero yang sesungguhnya, dituntut harus serba bisa, harus punya banyak skill, harus bekerja standby 24 jam non-stop tanpa di gaji. Hampir seluruh waktu, tenaga, dan pikiran ia dedikasikan untuk keluarga. Cukup dengan melihat anak dan suaminya sehat, bahagia dan tak ada yang kurang, itu merupakan bayaran yang setimpal bagi ibu. Dan aku bersyukur telah diberikan kesempatan menjadi ibu, belajar dari nol, berproses hingga sekarang masih terus belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Semua ini tak lepas dari dukungan support system yang baik, khususnya suamiku yang selalu mendampingi di saat-saat sulitku. Terimakasih sudah menjadi partner yang baik untukku. Semoga semua ibu diluar sana juga memiliki support system yang baik supaya dapat lebih optimal menjalankan peran mulia ini. Semangat untuk para Superhero!

1 Like

Perkenalkan, namaku Lita. Izin post RolePlay Challenge #JikaIbuMenjadiFreelanceWriter

Jika ada feedback, aku ucapkan terima kasih :sparkling_heart:

Maaf, Aku Tidak Ikut Mompetition

Rasanya menjadi seorang ibu di era digital ini membuatku lebih mudah lelah. Melihat setiap perkembangan ibu dan anak yang selalu bahagia, atau perkembangan keluarga yang begitu tampak sempurna di media sosial membuat ibu secara sadar atau mungkin tidak sadar ingin membuat tandingan serupa.

Ya, mompetition alias kompetisi para ibu yang kerap kali menonjolkan pencapaian demi pencapaian terlebih pencapaian hidup setelah menikah dan menjadi ibu. Ada yang suka menonjolkan kebaikan pasangan, ada pula yang suka menunjukkan prestasi anak, atau ada yang paling rajin dan paling produktif dalam menyajikan hidangan berupa masakan buatan tangan ibu.

Mompetition yang ngeri-ngeri sedap ini ternyata bisa mengganggu kesehatan mental dan relasi lho. Dari segala tantangan menghadapi keseharian di rumah dan dunia akhir-akhir ini, aku selalu mencari cara ternyaman untuk terus bertumbuh dan berkembang menjadi seorang ibu yang berkepenuhan.

Caraku untuk bisa nyaman menjadi ibu tanpa mompetition:

:white_small_square:Membaca buku sebagai bentuk selfcare sekaligus me time

:white_small_square:Menulis segala pemikiran di jurnal harian bisa sekaligus mengurangi overthinking

:white_small_square:Menikmati waktu bermain bersama anak dengan hadir sepenuh hati dan sepenuh tubuh

:white_small_square:Menjadi teman diskusi yang asyik bagi suami sekaligus menjadi pendengar yang baik saat suami punya unek-unek.

Ibu, semua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Yang aku pahami setelah menjadi ibu, tidak semua ibu memiliki timeline milestone yang sama. Ada yang pencapaian milestone-nya cepat, ada pula yang milestone-nya perlahan tapi pasti.

Mencintai diri ibu, suami, dan anak, tentu ibu memandang setiap momen berharga bersama anak dan pasangan termasuk momen selfcare dengan diri sendiri adalah saat yang membahagiakan dan membuat ibu merasa senang. Jadikan semua lebih bermakna ya Bu.

Mompetition bisa bermakna positif atau negatif. Tentang ingin ikut dalam arena mompetition, semua tentu atas pilihan ibu (dengan manfaat dan risiko tentunya ya Bu). Tidak ikut mompetition sepertiku juga tidak akan merugikan siapa-siapa. :slight_smile:

1 Like

Marsha Ayu Oliviani join challenge freelance writer due 1 Feb 23 https://www.instagram.com/p/CoIBW0bSnxx/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

1 Like

Banyak Anak, Ibu Makin Profesional

Nyaris lima tahun jadi ibu, aku menemukan perubahan besar dalam diriku. Jadi makin profesional dan cekatan, itu salah satunya.

Alah bisa karena biasa. Peribahasa itu tepat disematkan bagi profesiku sebagai ibu. Jika berkelana ke masa lalu, tahun pertama jadi ibu adalah masa yang amat berat. Saat itu, rasanya seluruh beban dunia diberikan padaku. Aku nyaris tak peduli pada diriku sendiri.

Bayangkan saja, aku nyaris begadang setiap hari. Badanku pegal-pegal. Belum lagi pusing dengan urusan puting lecet, MPASI, sampai tantrum anak. Oh, aku ingat. Tentang bagaimana konflik antara aku dan suami yang terpisah jarak ribuan kilometer pun menambah penat hidupku.

Bebanku semakin bertambah ketika komentar miring mulai berdatangan. Baik itu tentang caraku mengasuh anak, juga kondisi orang tuaku yang ada di ambang perceraian. Kepalaku rasanya ingin pecah dan aku merasa tercerabut dari jati diriku yang sebenarnya.

Namun seiring berjalannya waktu, masalah-masalah yang kurasakan dulu tak lagi jadi terasa berat.

Kini, aku adalah ibu dari tiga anak jarak dekat yang berdomisili di Yokohama, Jepang. Meski lelah begitu lekat, aku sangat menikmati peranku. Aku bahkan bisa aktif menjadi blogger yang berpenghasilan, juga menerbitkan buku. Jika dipikir-pikir, nyaris setengah mimpiku terwujud ketika aku menjadi ibu.

Rupanya, hal ini pun dirasakan oleh banyak ibu di dunia ini. Mayoritas ibu dengan banyak anak ternyata lebih produktif dalam bidang yang ia geluti. Ada yang aktif berdagang, pengajar, bekerja kantoran, mengurus organisasi, memasak, dan lainnya.

Jika dipikir lebih dalam, bagaimana bisa seorang ibu yang memiliki banyak anak bisa produktif di bidang yang ia sukai?

Ternyata, jawabannya terletak pada prinsip pareto (80:20), kebiasaan kunci, dan shalawat.

Prinsip pareto atau yang lebih dikenal dengan Aturan 80/20 merupakan salah satu konsep manajemen waktu yang membantu seseorang untuk lebih produktif dalam hidupnya. Teori yang ditemukan oleh Vilfredo Pareto pada tahun 1895 ini mengatakan bahwa 20% pekerjaan dapat mendorong 80% hasil. Dengan kata lain, jika kita fokus pada dua poin dari sepuluh, maka hasil kerja yang diharapkan akan tercapai.

Teori ini didukung pula oleh Charles Duhigg dalam bukunya “The Power of Habit” yang mengatakan bahwa kebiasaan kunci (keystone habits) adalah kebiasaan penting yang memicu perubahan di aspek-aspek lain. Dalam artian, kebiasaan kunci merupakan pondasi dari terbentuknya kebiasaan baik lain.

Kedua teori ini memiliki benang merah yang sama, yakni hasil usaha akan terlihat jika kita fokus pada hal kecil tapi penting, maka hasil akan terlihat.

Kegiatan sederhana dan rutin yang kulakukan sebagai ibu rumah tangga seperti memasak, bangun sebelum subuh dan menulis agenda kerja, rupanya telah membentuk diriku jadi lebih produktif bahkan ketika sudah memiliki tiga anak.

Dengan selalu masak, aku menjadi seorang yang cekatan dan berstrategi. Tentang bagaimana aku harus bisa masak makanan bergizi untuk keluarga, juga alokasi waktu di dapur yang harus efektif karena ada anak-anak yang minta ditemani bermain.

Rutin bangun sebelum subuh membuat kinerja otakku maksimal untuk dikebut mengejar deadline menulis. Dengan rutinitas ini, aku jadi bisa menerbitkan buku dalam waktu 4 bulan, juga meraup pundi-pundi uang dari aktivitasku sebagai narablog.

Selain itu, rutin menulis impian dan agenda kerja telah membantuku untuk memvisualkan diriku di masa depan. Rutinitas ini sejalan dengan metode SMART yang membuatku bisa melihat dengan jelas apa yang ingin kucapai dan lakukan dalam hidup.

Terakhir adalah sholawat. Dengan membumbui aktivitasku dengan shalawat, hidupku terasa lebih bermakna. Shalawat adalah penawar dari isu mental yang kupunya sehingga aku bisa jadi lebih produktif di bidang yang kusukai.

Lihat, dengan rutin memelihara kebiasaan kecil nan penting, ibu dapat mencapai mimpinya meski dalam kondisi sibuk mengurus keluarga.

Aku yakin, tiap ibu memiliki hidden power yang dapat tersibak jika ibu membukanya dengan kebiasaan-kebiasaan baik.

Ibu, selamat berjuang! Let you be the change you want to see.

1 Like

Marsha Ayu Oliviani Challenge Freelance writer due 1 Feb 23

Hi Bu
saya ikutan Roleplay yah :

https://www.instagram.com/p/Cn3H5daSd7b/?igshid=MDM4ZDc5MmU=

Hallo Bu @nadiasarahw dan Bu @annisa

Saya ikut submit Roleplay JIM Freelance Writer Februari 2023 yaa…
berikut link nya Bu : https://www.instagram.com/p/CoV8N-fPWi7/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

Mohon feedback nya… Terima kasih :slight_smile:

Assalamualaikum… selamat siang ibu Nadia dan buibu semua… alhamdulillah sy sudah menyelesaikan challenge membuat carousel… berikut link nya: https://www.instagram.com/p/CsaUa6WtGM4/?igshid=NTc4MTIwNjQ2YQ==

Terima kasih sebelum dan sesudahnya :heart::slight_smile:

1 Like

Ijin share challenge kak @nadiasarahw

          Menjadi Ibu bahagia 

Menjadi seorang Ibu adalah impian setiap wanita. Memiliki buah hati , memberi warna dan kebahagian tersendiri. Penantian yang tidak sebentar, memberi ruang untukku, untuk belajar. Ternyata ketika menjadi seorang Ibu bukan hal yang mudah. Bukan hanya setatus yang berubah namun rutinitas dan aktivitas ikut berubah dan kini bukan tentang diriku lagi.

Seperti memasuki dunia baru Aku yang dahulu , masih dengan Egoku. Kini harus bisa belajar untuk lebih bersabar. Circle pertemanan yang kian menyempit membuat komunikasi yang dahulu bersama teman sudah mulai jarang. Harus bisa memilih dan memilah mana yang benar-benar prioritas. Terkadang jika ingin bercerita , kerap kali menjadi bahan perbandingan. Tak jarang Juga ada judgmental omongan negatif yang membuat down.

Kesal , marah, rasanya kecewa pingin nangis dan mencoba untuk menjelaskan pada mereka “Aku tuh enggak begitu !!!” Namun satu hal yang perlu di ingat ada hal yang memang di luar kendali. Yang bisa Aku lakukan hanya fokus dengan hal positif, melakukan kegiatan positif, bersama orang-orang yang mau untuk menjadi pendengar serta bisa paham tentang diri kita.

Salah satu hal terpenting ketika kita sudah bisa berdialog , mengenal dan memafkan diri kita sendiri omongan orang lain yang negatif tentang diri kita. Seperti angin lewat. Menjaga kesehatan mental sangat penting untuk diri kita. Terus berpikir positif dan realistis , tetap optimis. Menjadi seorang ibu bukan berati kita harus sempurna , tetapi kita harus bahagia dengan menerima diri secara utuh. Kita juga bisa tetap melakukan hal-hal yang kita suka dan bisa kita jangkau. :hugs::smiling_face_with_three_hearts:

1 Like

https://www.instagram.com/reel/CsbFJOsrmey/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==