Refleksi Perjalananku

Pagi ini, saat aku scrolling feed IG, aku membaca sebuah posting yang menggugahku untuk berbagi sebuah catatan kecil untuk para Ibu di RUMII.

“I gotta have my moment of doubt + fear + overwhelm without rushing to figuring to figure out what it’s teaching me. Sometimes the message is: I’m scared, please stay with me.” (@anncarly.mm)

Berkaca pada apa yang aku rasakan dalam perjalananku mengejar mimpi kembali setelah menjadi ibu, ku ibaratkan seperti ingin (dan aku yakini bisa) berlari kencang tapi ada beban besar yang menggelayuti kaki hingga akhirnya terbatas langkahku. Hal ini sempat secara langsung mempengaruhi tingkat self-esteem ku yang akhirnya berdampak kepada tingkat kepuasanku dalam memandang hidup. Sekian lama aku terbiasa menilai dan dinilai dari speed dan hasil pencapaian yang aku raih, sampai aku lupa untuk menikmati proses bertumbuh itu sendiri.

Ibu, we’re not lost in the middle of our translation of becoming a mother. Just like butterflies, we are now becoming a more beautiful and more resilient person, with more room in our heart for things other than tangible accomplishments.

Self-awareness menjadi kunci titik balik ku melihat pencapaian dari sudut pandang lain. Nggak ada paksaan bahwa aku harus sehebat dan secepat Ibu X, Y, Z, karena kondisi, kendala, dan prioritas kami tentunya berbeda. Life is not a classroom with set of similar exams to measure our “worth” and compare it with others’. Akhirnya aku menyadari bahwa masing-masing dari kita punya path dan kapasitas kita sendiri-sendiri. Yang terpenting adalah proses terus bergerak maju dan bertumbuh menjadi versi terbaik dari diri kita dalam kontekstual yang kita hadapi hari ini. So there I go, pour all my best efforts into growth.

Dari perjalananku aku juga berkaca, bahwa rasa ragu, rasa takut, dan rasa overwhelmed adalah manifestasi dari isolation. Dan untuk itu, penting bagi kita punya support system yang uplifting dimana kita bisa saling bergandengan tangan dan menguatkan seperti RUMII.

Sekarang aku ingin gantian tanya sama Ibu, hal apa yang paling membuat Ibu overwhelmed dan support apa yang Ibu butuhkan dalam membantu Ibu untuk terus bergerak maju?

22 Likes

Hai ibu @Daisyadr, rasanya setiap orang tanpa terkecuali seorang ibu pernah merasakan hal yang sama, selalu ada mas up and down, pengalaman yang sangat melelahkan adalah awal-awal memutuskan keluar dari pekerjaan, dan lebih memilih membersamai anak-anak juga fokus membangun bisnis sendiri. Banyak sekali cibiran bahkan dari orang terdekat dilingkunganku yang memandang sebelah mata mimpiku menjadi ibu rumah tangga bergelar sarjana ternyata memang bukan hal yang mudah, terutama dilingkungan Desa. Banyak orang yang merasa apa yang aku kerjakan tidak relevan sama sekali dengan pendidikan sarjanaku. Tapi semakin berkembangnya waktu saat kita bisa menunjukkan pada lingkungan, bahwa aku bahagia dan baik-baik saja itu membuat mereka berubah secara perlahan.

Dari situ aku belajar bahwa bahagia benar-benar pilihan dan yang paling membahagiakan adalah bisa menjadi Tuan untuk diri kita sendiri. Self love. Yakin bahwa bahagia dan optimis selalu lebih cepat menular dibanding pesimis. :blush:

Semangat mom semua… :kissing_heart:

4 Likes

Hai Ibu @Daisyadr , salam kenal. Terima kasih sudah berani untuk bersuara mengenai ini bu. Your writing encourage me enough to write. Energinya sangat terasa di aku.

Betapa proses mengenal diri sendiri itu aku akui nggak mudah Bu. Setelah 5 tahun menikah, aku pun baru sadar kalau I am the one who need to break the wall, something need to be change. Aku memutuskan menikah muda dan ini cukup mengguncangkan keadaan keluarga aku. Karena aku di mata Ayah Mamaku adalah harapan dan di mata adik-adikku adalah panutan.

Setelah menikah, keluargaku acuh tak acuh kepada ku dan aku sadar karena rasa kecewa merekalah yang menyebabkan itu. Lalu, di tambah lagi aku harus beradaptasi dengan kehidupan rumah tanggaku. Semenjak itulah, rasanya diri aku tidak berharga. Negative thought always talk about myself how bad I am as a person. Semenjak itu aku tidak bermimpi.

Sampai akhirnya bulan Oktober 2017 kemarin my dad passed away, menjelang kematiannya beliau sempat menanyakan apa akus udah bahagia? Dan beliau sampaikan betapa bahagianya beliau memiliki cucu walau baru ia rasakan beberapa tahun. Setelah ayah aku meninggal, baru aku sadar ternyata yang aku lalui adalah kebahagiaan ayahku.

Semenjak itu, aku beranikan diri untuk menata diri. Perlahan aku ubah mindset dan menempa diriku. Sampai sekarang pun aku masih melalui proses untuk lebih dalam mengenal diriku. But, one thing to be sure the way I see myself is change. Whatever the problem I face, I see diamond in myself.

Selama ini aku hanya jadi silent reader di Rumii dan sangat membantu aku untuk menumbuhkan self awareness. I am not walking alone :slightly_smiling_face:

8 Likes

Very heart warming Bu @Daisyadr. Terima kasih atas sharing-nya. Something let me down this morning. Setelah baca tulisan ini, rasanya ada beban yang hilang :slight_smile:

Kadang sebagai Mommy aku agak jumawa ya, merasa sombong, “this ship won’t sail without me striving my best,” gitu. Yang ada lelah aja tiap hari ya. Lelah hati hihi. I don’t usually give myself any slack. Terus biasanya lihat update-an temen di sosial media yang kinclong-kinclong jadi merasa gagal kalau tidak seperti mereka. Lantas merasa tidak puas dengan hidup sendiri. Jadi underestimate pencapaian sendiri, and worse, malah jadi ngga pede dan down.

Payah deh. Kalo boleh, izin menyimpan tulisan ini ya Bu. Biar suatu saat kalau aku kesandung lagi, jatoh, dan sedih, aku bisa lihat ini dan senyum lagi. Maaci Ibu :heart:

PS. Izin reshare boleh gasih Bu :smiling_face_with_three_hearts:

5 Likes

Terimakasih Ibu @Loveliest sudah ikut berbagi cerita. Aku kagum dengan kekuatan hati ibu menghadapi komentar miring dari sekeliling dan justru merubahnya jadi energi positif dalam berkarya. You are amazing, Bu! :hugs:

3 Likes

Ibu @Devin, aku nangis baca ceritamu :sob: terimakasih sudah ikut berbagi cerita. Aku percaya mimpi nggak mengenal kadaluwarsa. Apapun itu, aku doakan semoga Ibu bisa menapaki jalan meraih mimpi dengan hati yang lebih penuh ya :hugs:

2 Likes

Silahkan Ibu @yofaramd, dengan senang hati :hugs: aku yakin kita semua punya waktunya masing2 untuk “mekar”. Semoga dengan pemahaman ini kita juga bisa menginspirasi anak2 jadi pribadi yg lebih penuh dan bisa memfokuskan energi untuk berkarya instead of capek tengok kanan kiri ya Bu :hugs:

1 Like

Ibu @daisyadr , amiiin terima kasih Ibu doanya. Doa yang sama juga untuk Ibu ya :blush:

Betul bu, tidak ada kata terlambat. Tidak ada kata yang tidak mungkin selama kita mau dan berusaha. Big hugsss :heart:

2 Likes

Terima kasih ibu @Daisyadr tulisannya hangat dan menenangkan aku… karna betul masing-masing kita pasti memiliki ujiannya masing-masing untuk bertumbuh menjadi lebih baik

Setelah menjadi ibu, aku cukup kaget karena energi, fokus, perhatian banyak terbagi-bagi ke orang lain. Lebih overwhelmed lagi ternyata ada trauma toxic parents dari ibu mertua yang membuat self esteem suamiku jatuh, lalu banyak pula berdampak ke self esteemku karna verbal abused muncul dari ibu mertua atau bahkan suami saat aku mengeluarkan emosiku di depan dia. Dan ini sudah menjadi circle trauma. Satu yang aku dan suami betul-betul rem adalah.

"Jangan sampai trauma verbal abused dari mertuaku ini kita turunkan kepada anakku lalu kita menyesal"

Sekarang saya banyak memahami kalau kita tidak bisa mengubah keadaan dengan berharap orang lain yang berubah, kita hanya bisa mengkontrol diri kita sendiri. Maka betul sekali self awareness dengan cara banyak mendengarkan dan menyangi diri sendiri itu penting sekali sebagai ibu. Berusaha memahami lewat perjalanan self acceptance, self love, meditasi dan mindfulness aku berusaha menaikkan self esteem agar tidak mudah jatuh saat ada masalah, tidak mudah terpancing emosi, menciptakan energi baik di dalam diri sendiri. Perlahan saat aku mengubah energi ku menjadi baik dan penuh kasih sayang, energi disekelilingku pun ikut menjadi baik. Walapun aku masih jatuh bangun mengelola energi dan emosi.

Perjalananku ini yang membuat hati aku terus ingin maju mewujudkan rencana bisnisku untuk membuat selfcare box, agar setiap ibu bisa memprioritaskan waktu untuk mendengarkan dirinya sendiri dan plis tidak ada lagi toxic parents. Kasihan anak anak kita. Tapi masih suka ada aja fear dan doubt apakah aku mampu mengajak ibu-ibu? Apakah sedangkan aku merasa diri sendiri masih jatuh bangun ngelola emosi saat berhadapan dengan ibu mertua, belum 100% pulih dan mekar

Hehe kok lega yaa ngetiknya. Peluk virtual untuk semua ibu-ibu disini. Let’s shine together ya bu :sparkling_heart: :hugs: :star2:

9 Likes

Ibu @naninda sungguh rasanya kuingin peluk kamuuuu :hugs: aku setuju banget dengan statement mu bahwa vibe yg kita pancarkan akan menarik kita ke lingkaran2 baru dengan vibe yang sefrekuensi, dan bersyukur bgt ada wadah RUMII yang bisa jadi ruang yang aman untuk kita berbagi vulnerability dan saling menguatkan. Huhuhu terharu banget :sob: semoga lancar ya Bu… ku doakan semoga bisnis mu bisa membawa impact yang luas dan positif untuk generasi kita healing bersama supaya memutus mata rantai trauma masa lalu. Thank you for sharing, ya Bu :hugs:

5 Likes

Thank you jugaa buu sudah membuat tulisan ini, semoga banyak ibu ibu juga yang mau berbagi cerita perjalanannya :grinning:

3 Likes

Ibu @Daisyadr :heart:

Ga semua orang berani terbuka tentang titik rendah yang sedang/pernah dialami. aku sangat mengapresiasi keterbukaan ibu, apalagi proses ibu untuk bangkit lagi. semoga cerita ibu bisa menjadi pengingat jg buatku :heart:

kalau bagiku, hal yang paling bikin jd overwhelmed adalah sebuah moment di mana ada beberapa event yang terjadi bersamaan, yaitu ‘terpaksa’ ganti cita-cita, menjadi ibu/punya anak pertama di rantau, dan hidup di kondisi yg waktu itu menurutku ga ideal. combo sekali wkwk.

kenapa ganti cita-cita? karena aku ga ambil jurusan kuliah yang sesuai potensiku, kalau mau nerusin bidang sebelumnya, rasa-rasanya susah untuk bisa optimal. waktu awal-awal menekuni bidang baru, sering sekali merasa hilang arah, frustasi karena ga ada yang mengarahkan.

tentang menjadi punya anak di rantau untuk pertama kalinya ini bener-bener membuat stres karena sebelum punya anak aku merasa bahwa punya anak itu sangat membahagiakan (sepertinya karena sering liat ibu-ibu selebgram di IG XD). memang benar sih membahagiakan, tapi kerepotannya jg banyak, dan adaptasinya sangat-sangat ga mudah buat aku pribadi, apalagi di rantau ga ada orang lain yang membantu.

yang terakhir, tentang kondisi ideal. tentu sangat sulit untuk bisa dapat kondisi ideal di manapun kita hidup. tapi di rantau tanpa teman dekat, tanpa teman sesama ibu, kadang bikin aku jadi kesepian dan hidup agak monoton.

sejauh ini support terbesarku adalah suami. tapi, untuk hal lain aku tetap butuh support dari pihak lain seperti daycare, teman-teman kerja, komunitas, platfrom-platfom untuk belajar (online course, dll). supportnya aku butuhkan beberapa di antaranya berupa feedback tentang pekerjaan, ilmu, apresiasi, teman perempuan yang mau mendengarkan keluh kesah.

semoga kita semua di sini bisa saling mendukung ya ibu :heart:

6 Likes

ibu @naninda :heart:

sebelum baca post ibu ini, aku uda baca ide ibu tentang selfcare box. awalnya aku memang belum tertarik, karena selfcare box sepertinya sesuatu yang sangat feminin, sedangkan akunya ga feminin wkwk. tapi setelah baca cerita ibu tentang latar belakang muncul nya selfcare box, aku langsung ‘wow, ini keren!’. semoga smakin sukses ya ibu dengan selfcarebox nya! :heart:

4 Likes

Ibu @Raras, kamu hebaaat! :hugs: dari cerita Ibu, aku kebayang banget di masa itu pasti rasanya campur aduk dan nggak mudah karena banyak sisi dari identitas Ibu yang sedang mengalami transformasi sekaligus, ditambah menjalaninya dalam situasi rantau. Aku setuju banget dengan statement Ibu bahwa ‘it takes a village to raise a child’. Aku ikut bahagia karena akhirnya Ibu bisa merancang support system yang Ibu butuhkan, dan semoga sahabat2 baru yang Ibu temukan di komunitas ini bisa menjadi women tribe yg bisa keep supporting Ibu ya. Hangat sekali hatiku membaca reply dari Ibu. Terimakasih ya sudah berbagi cerita :hugs::heart_eyes:

2 Likes

Ibu @naninda , apa yang Ibu alami sama seperti aku bu. Bahkan sampai sekarang aku juga masih pelajari dan mengamati semuanya. Dulu, aku selalu menyalahkan keputusanku menikah. Tapi seiring berjalannya waktu, aku tau justru apa yang aku hadapi bisa menjadi berkat untuk kehidupan aku.

Aku sering ajak diskusi suamiku, sama-sama belajar untuk menyadari, mengenal emosi. Karena kami sadar yang lalu tidak pernah bisa di rubah, tapi untuk ke depan pasti ada harapan untuk anakku.

Setuju sekali bu, self love sangat membantu aku. Hampir setiap pagi aku selalu menulis affirmasi positif di journal untuk aku, supaya bisa membantu mengontrol diri aku jalanin hari.

Semoga usaha Ibu semakin berkembang ya bu. Niat usaha Ibu bagus sekali :kissing_heart:

4 Likes

Dari awal bertemu dirimu di layar laptop dan konsul yang selalu ada setiap minggu, aku selalu menaruh harapan dan ekspektasi lebih karena keliatan potensi dirimu yang begitu besar. Jalannya beda-beda tapi pasti sampe tujuan. Semangat yaa!

Jauh dimata lekat dihati, peluuuk @Daisyadr :two_hearts: :revolving_hearts:

4 Likes

Terimakasih ya, kepercayaan mu berarti banget untukku Bu @marisa. Peluuuk. :hugs::hugs: hahaha jadi inget deh aku belum jadi2 juga progress report lg ke dirimu :see_no_evil: soon yaaa…

2 Likes

Terima kasih ceritanya bu @Daisyadr

Di saat lagi down saya buka ini dan baca berulang2 menjadi motivasi sekali, setiap orang punya masalahnya sendiri dan perjuangannya sendiri.
Tapi kalau perempuan sudah berkumpul saling bahu membahu luar biasa sekali kekuatannya.
The power of perempuan, perempuan juga menjadi agent of change untuk anak2nya…
Walaupun rasanya terkadang berat harus mengurus anak atau menata mimpi, tapi hidup kita tidak bisa mengandalkan ke siapapun bahkan ke pasangan hidup sendiri…

Terima kasih ibu2 RUMI atas motivasi dan semangatnya…
Semoga seterusnya bisa terus seperti ini saling dukung satu sama lainnya…

5 Likes

Terimakasih atas tanggapannya Ibu @viviliaan :hugs: Bu, aku izin sharing link podcast kolaborasi @joyparenting dengan Ibu @Fathya mewakili RUMII berikut yaa… penjelasan Ibu @Fathya sungguh menghangatkan hati sekaligus memotivasi bagi diriku pribadi untuk tetap keras kepala bertumbuh dan mengejar mimpi, sepertinya relevan sekali dgn kontekstual yg Ibu ceritakan.

Semoga bermanfaat ya Bu :hugs:

6 Likes

Waaah aku langsung dengerin. Terima kasih udah sharing ini :smiling_face_with_three_hearts::hugs:

4 Likes